Monday, 4 November 2013

Teori Disiplin Mental

                 Teori belajar disiplin mental merupakan teori yang menggap bahwa dalam belajar mental peserta didik harus lebih dulu di disiplinkan melalui latihan-latihan.Teori belajar disiplin mental, merupakan salah satu pandangan yang mula-mula memberikan definisi tentang belajar yang disusun oleh filsuf  Yunani bernama Plato.                 
                Pandangan filsafatnya yaitu tentang idealisme yang melukiskan pikiran dan jiwa yang bersifat dasar bagi segala sesuatu yang ada. Idealisme hanyalah ide murni yang ada di dalam fikiran, karena pengetahuan orang berasal dari idea yang ada sejak kelahirannya. Belajar dilukiskan sebagai pengembangan olah fikiran yang bersifat keturunan. Kepercayaa ini kemudian dikenal sebagai konsep “disiplin mental” (Bell Gredler, 1994: 21). Teori ini menganggap setiap psikologi individu memiliki kekuatan, kemapuan, atau potensi tertentu. Yang dimaksudkan adalah jika ingin menjadi ahli dalam suatu bidang, tentu diperlukan latihan latihan agar kita menguasai bidang tersebut. Contohnya adalah jika seseorang ingin menjadi seorang atlit renang, maka ia harus belajar renang terlebih dahulu.  Rumpun teori disiplin mental :
  1.  Theistic, berasal dari psikologi daya (phsycology faculty). Teori ini beranggapan bahwa anak mempunyai sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menanggap, mengingat, berpikir, memecahkan masalah, dan sebagainya. Belajar merupakan proses melatih daya-daya tersebut. Akibatnya anak dapat dengan mudah memecahkan berbagai masalah.
  2. Humanistik, teori ini berasal dari psikologi humanisme klasik dari Plato dan Aristoteles. Menurut rumpun psikologi teori disiplin mental ini individu mengembangkan diri dari kekuatan, kemampuan, dan potensi-potensi tertentu, dan potensi-potensi individu. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan.. Teori disiplin mental humanistik lebih menekankan  pada keseluruhan, keutuhan. Pendidikannya menekankan pendidikan umum (general education). 
  3. Naturalisme, Teori yang berasal dari Psikologi Naturalisme Romantik ini berasumsi bahwa anak mempunyai kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri. Dalam situasi ini pendidik harus bisa menciptakan suasana yang merangsang anak dalam mencapain perkembangan yang optimal.
  4. Apersepsi, atau disebut juga Herbatisme, bersumber pada Psikologi Strukturalisme. Menurut aliran ini belajar adalah membentuk massa apersepsi. Anak mempunyai kemampuan untuk memperlajari sesuatu. Hasil dari suatu perbuatan belajar disimpan dan membentuk suatu massa apersepsi,dan massa apersepsi ini digunakan untuk mempelajari atau menguasai.
Teori ini memiliki dampak positif dan negatif terhadap anak. Dampak positifnya adalah dapat membuat anak meningkatkan kemampuan dan keterampilannya hari demi hari.  Dampak negatif dari penerapan disiplin mental apabila dilaksanakan secara dominan dan tidak memperhatikan faktor-faktor psikologi akan menjadi siswa menjadi tegang, dan proses belajar mengajar tidak bervariatif. Segi kognitif siswa yang kadang-kadang tidak cocok dengan metode pembelajaran berbasis disiplin mental menjadi terbebani dengan pembelajaran tersebut.


Sumber :http://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/teori-teori-dan-proses-belajar/http://riskaperwati.blogspot.com/2013/06/teori-disiplin-mental-dan-teori.html

No comments:

Post a Comment