Thursday, 21 November 2013

Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan filosofis yang memandang bahwa masing – masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami (Bruning etal, 2004). Asumsi utama dari konstruktivisme adalah manasuia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri (Geary, 1995)

Tujuan Teori Konstruktivisme
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri       pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara    lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
6. Pelajar aktif membina pengetahuan berdasarkan pengalaman
7. Pelajar dapat membina sendiri pengetahuan mereka.

Ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme
1.    Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui pengalaman langsung   
2.    Merangsang muculnya ide yang dihasilkan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3.    Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
4.    Guru berperan sebagai mediator atau fasilitator, dalam artian siswalah yang berperan aktif dalam membangun pengetahuannya
5.    Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
6.    Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
7.    Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
8.    Membangun keaktifan  murid melalui praktek-praktek

 Prinsip-prinsip Konstruktivisme :
1.    Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2.    Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.    Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.    Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.    Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6.    Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7.    Mencari dan menilai pendapat siswa.
8.    Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu, ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

Penelitian Para Ahli

1. Lev Vygotsky


Lev Vygotsky berbeda dengan konstruktivisme kognitif Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ni ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi. Ketika Socrates memajukan pemikiran dari level sophist oleh metode perkembangan sistematis yang ditemukan melalui gabungan antara pertanyaan dan alasan logika. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
  1. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
  2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
  3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
  4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah


2. Jean Piaget



Pada awalnya teori Piaget tidak banyak mendapat perhatian di awal kemunculannya, tetapi perlahan-lahan teori ini naik ke posisi atas dalam bidang ilmu perkembangan manusia, karena teori ini mencakup banyak tipe perkembangan dan kompleks.
  1. Skemata, adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Contoh, ketika seseorang melihat balon, maka terbangun lah skema tentang balon.
  2. Asimilasi, adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Contoh, seseorang mempunyai skema tentang balon, jika ia meniup balon atau mengisinya dengan air sampai memecahkan balon itu, ia akan tetap mempunyai skema tentang balon. Bahkan pengetahuan nya tentang balon itu diperluas.
  3. Akomodasi, adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi. Contoh, pecahan balon yang ia tiup atau diisi dengan air sampai pecah tidak dapat ia anggap sebagai balon yang utuh, melainkan hanya lembaran karet yang mempunyai bentuk yang tidak beraturan.
  4. Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya. Contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru.

Implikasi teori Konstruktivisme pada pembelajaran 


            Adapun implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran antara lain :
  1.  Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yang keras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
  2. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
  3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
  4. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
  5. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Kelebihan dan kelemahan teori konstruksivisme

a. Kelebihan
  1. Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
  2. Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
  3. Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
  4. Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks.
  5. Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
  6. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

b. Kelemahan :
  1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.
  2. Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
  3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.


Sumber :
3. Schunk, H Dale (2012). Learning Theories An Educational Perspective, Sixth Edition. Pearson Education, Inc.













No comments:

Post a Comment