Teori behavioristik
merupakan teori yang mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku yang dialami
peserta didik merupakan bentuk interaksi antara stimulus dan respon. Yang
terpenting dari teori ini adalah masukan (input) berupa stimulus seperti
segala sesuatu yang diberikan pendidik kepada peserta didik nya yang
menghasilkan keluaran (output) berupa stimulus.
Ada fase pembelajaran
menurut para ahli psikologi, yaitu :
- Tahap akuisisi, pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Contoh : Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara berhitung.
- Tahap retensi, setelah mendapatkan sejumlah informasi dan pengetahuan. Siswa mempraktekan hal yang ia pelajari. Contoh : setelah guru menjelaskan bagaimana cara berhitung, kemudian siswa di beri soal berhitung.
- Tahap transfer, pada tahap ini siswa mentrasfer atau menggunakan informasi yang sudah diberikan guru pada materi baru agar informasi tersebut bertahan lama.
Menurut thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atua gerakan/tindakan. Thorndike mengemukakan 3 hukum dasar :
Terdapat teori yang
termasuk dalam rumpun behaviorisme :
a). Law of readiness
b). Law of exercise
c). Law of effect
2. Teori Pengkondisian (Conditioning)
Teori pengkondisian merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori Koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov ( 1849-1936). Teori ini mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.
3. Teori Penguatan ( Reinforcement )
Jika pada teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangannya, maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya.
4. Teori Operant Conditioning
2. Teori Pengkondisian (Conditioning)
Teori pengkondisian merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori Koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov ( 1849-1936). Teori ini mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.
3. Teori Penguatan ( Reinforcement )
Jika pada teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangannya, maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya.
4. Teori Operant Conditioning
Operant conditioning
menekankan pembentukan perilaku sebagai dampak dari efek yang ditimbulkannya.
Jika efek tersebut berdampak pada penguatan hubungan stimulus dan sespons-nya,
maka perilaku tersebut akan cenderung diulang. Rumua pembentukan perilaku
menurut Skinner adalah S –> R –>R (Reinf). S adalah Stimulus, R adalah
Respon, R (Reinf) adalah Respon yang diperkuat.
Pengaplikasian Teori Behaviorisme
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung kepada tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Salah satu contoh nya adalah siswa yang belum bisa perkalian di ajarkan oleh gurunya bagaimana caranya perkalian, sebagai hasilnya siswa tersebut dapat menguasai perkalian.
Dampak Positif dan Negatif Teori Belajar Behaviorisme
Dalam penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran siswa pasti menghasilkan suatu dampak. Dampak tersebut berbentuk positif dan negatif. Dampak positif nya adalah jika ada seorang siswa yang pasif dalam lingkungan belajar peran seorang guru adalah memberikan motivasi dan penguatan diri terhadap peserta didik. Pembiasaan dan disiplin dalam teori ini juga menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin, hal ini menyebabkan siswa menjadi disiplin dalam belajar.
Dampak negatif yang ditimbulkan dalam penerapan teori ini adalah dikarenakan sifat teori ini yang dalam proses pembelajaran kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
OK TKS
ReplyDelete