Thursday, 14 November 2013

Teori Belajar Gestalt

A. Konsep Dasar Teori Belajar Gestalt

                 Teori Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Contohnya adalah sebuah piring yang jatuh dan pecah menjadi bagian-bagian kecil tidak akan dianggap berharga dan berguna, sebaliknya jika pecahan tersebut di persatukan kembali maka piring tersebut dapat berguna.


B. Sejarah Perkembangan Teori Belajar Gestalt

         Teori ini mulai berkembang di Jerman pada awal abad 20-an. Lahirnya teori ini merupakan suatu tanggapan yang menentang struturalisme dan menentang penggunaan metode intropeksi. Tokoh-tokoh teori gestalt :

1. Max Wertheimer (1880-1943) 



        Lahir di Prague tahun 1880. Max merupakan kekuatan intelektual penuntun diantara para pendiri psikologi Gestalt. Ia meneliti tentang pengamatan problem solving.  Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.

2. Kurt Koffka (1886-1941)

         Pada tahun 1910, bersama – sama dengan Wertheimer dan Kohler mereka bekerja sama mendirikan aliran psikologi Gestalt di Berlin. Ia menyumbangkan beberapa sajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teorinya yang terkenal adalah Memory Trace (jejak ingatan).
          
3.Wolfgang Kohler (1887-1967)

         Pria kelahiran 21 Januari 1887 ini mengadakan sebuah percobaan terhadap simpanse.  Percobaannya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Esensi dari percobaan tersebut adalah apabila organisme menghadapi suatu masalah atau problem maka akan terjadi ketidak seimbangan kognitif sampai masalah itu selesai.

C. Hukum Teori Gestalt
       Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas. Hukum Pragnaz Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :

1.  Hukum Pragnanz


              Hukum Pragnanz dipakai oleh gestaltis sebagai prinsip pedoman mereka dalam meneliti belajar persepsi dan memori. Kofka (1963 [1935]) mendeskipsikan hukum pragnanz sebagai “penataan psikologis selalu sebaik yang di izinkan oleh lingkungan pengontrolnya”. Ada kecenderungan untuk melihat sesuatu menjadi lebih sederhana, bermakna dan komplit agar pengalaman lebih dapat terorganisir. Individu akan merespon lingkungan lebih bermakna dari kondisi yang sebenarnya. Disini juga dikenal principle of closure (prinsip penutupan atau pengakhiran) yakni individu memiliki tendensi untuk melengkapi pengalaman yang tidak lengkap. Misalnya kita melihat titik titik yang disusun berdekatan sejajar membentuk sebuah garis lurus, maka kita cenderung akan mendeskripsikannya sebagai sebuah garis lurus. Untuk menemukan Pragnanz diperlukan adanya pemahaman atau insight.

2. Hukum Tambahan
  1. Hukum keterdekatan, prinsip yang menjelaskan bahwa bagian-bagian yang berdekatan cenderung dipersepsikan bersama dan akan menjadi satu kelompok dalam persepsi kita. Contoh : Dewi merupakan siswa pandai , maka akan muncul persepsi bahwa orang yang dekat dengan Dewi merupakan orang yang pandai juga.
  2. Hukum ketertutupan, prinsip yang menjelaskan bahwaadanya kecenderungan kita dalam mempersepsi untuk melengkapi bentuk yang tidak lengkap. 
  3. Hukum kontinuitas, prinsip yang menjelaskan bahwastimulus yang mempunyai kontinuitas antara satu dengan yang lain akan lebih diperhatikan menjadi kesatuan tersendiri.
  4. Hukum kesamaan, prinsip ini menjelaskan bahwa hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.

D. Implementasi Hukum Gestalt

Teori Belajar Gestalt berlaku untuk semua aspek pembelajaran manusia, meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan pemecahan masalah. Pekerjaan Gibson sangat dipengaruhi oleh teori Gestalt. Beberapa contoh dari teori gestalt dapat dilihat dari aplikasinya dalam pembelajaran.
Akhmad Sudrajat menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
  1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
  2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
  3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
  4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
  5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. 

   E. Kelebihan dan Kelemahan 

             Kelebihan :
             1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
             2. Dapat menumbuhkan motivasi dalam diri siswa
             3  Melihat proses perkembangan sebagai proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi              itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder.

             Kelemahan :
             1. Pemecahan masalah sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat                  situasi dengan tepat maka masalah “pencerahan” dan dapat memecahkanmasalah itu.              Dan apabila tidak bisa melihat situasi dengan tepat maka yang akan terjadi adalah                    ketidakmampuan memecahkan masalah.
             2. Bersifat holistik, molar, subyektif, kognitif , dan fenomenologis.
             3. Psikologi gestalt tergolong nativistik, ia menekankan kemampuan dalam menjelaskan .              masalah belajar dan persepsi.


    Sumber :

   1. http://nurhidayatibj.blogspot.com/2013/04/teori-gestalt.html
   2. http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/
   3. http://rahmatsuharjana.blogspot.com/2012/09/penjelasan-teori-gestalt_7271.html
   4. http://en.wikipedia.org/wiki/Max_Wertheimer
   5. http://id.wikipedia.org/wiki/Gestalt 

No comments:

Post a Comment