Thursday, 28 November 2013

Teori Humanistik


A. Konsep Dasar Teori Humanistik

Berdasarkan teori belajar humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan seorang manusia agar mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya. Teori ini bermula dari aliran psikologi humanistik. Teori ini sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada proses belajar tersebut.

Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, dan mengenai proses belajar dalam bentuk yang terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling sempurna dari pada pemahaman mengenai proses belajar seperti yang selama ini telah dikaji berdasarkan teori-teori belajar. Pendidikan yang efektif menurut aliran ini adalah pendidikan yang berpusat pada minat, dan
 kebutuhan-kebutuhan peserta didik
. Teori Humanistik menekankan kognitif dan memengaruhi proses. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang humanis adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif :

1.    Pendekatan dialogis mengajak peserta didik agar berfikir secara kritis dan kreatif, pendidik hanya bertindak sebagai fasilitator dan patner dialog siswa. Hal ini kerap dilakukan oleh pendidik yang bertindak sebagai dosen disebuah universitas atau di Sekolah Menengah Atas. Hal ini tentu akan membuat peserta didik berfikir secara luas dan mampu mengeluarkan pendapatnya.

2.    Pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog kepada dirinya sendiri. Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk mampu berusaha sendiri dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya.

3.    Pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan dirinya sendiri dengan segala potensi yang ia miliki. Dalam hal ini pendidik hanya bertindak membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan pemilahan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh peserta didik.




B.  Karakteristik Teori Humanistik

a.    Mementingkan manusia sebagai pribadi

b.    Mementingkan kebulatan pribadi

c.    Mementingkan peranan kognitif dan afektif

d.   Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept

e.    Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu

f.     Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri

g.    Mengutamakan insight



C.  Prinsip Teori Humanistik

Dari buku karangan Carl Rogers “Freedom To Learn” , beliau menjelaskan sejumlah prinsip-prinsip dasar Teori Humanistik yang penting diantaranya ialah :

a.    Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

b.    Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

c.    Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

d.   Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

e.    Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

f.     Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

g.    Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

h.    Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.

i.      Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

j.      Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.




D.  Implikasi Teori Humanistik

a.       Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian dan menekankan bahwa guru  berperan sebagai fasilitator.

1.    Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

2.    Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

3.    Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

4.    Menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

5.    Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

6.    Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

7.    Mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

8.    Tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

b.      Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

1.    Merumuskan tujuan belajar yang jelas

2.    Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.

3.    Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri

4.    Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri

5.    Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.

6.    Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

7.    Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya

8.    Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa



E.   Tokoh  Teori Humanistik

  1. Abraham Maslow 
  Abraham Maslow (lahir 1 April 1908 – meninggal 8 Juni 1970 pada umur 62 tahun) adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia adalah seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan manusia.  Maslow berpendapat bahwa manusia itu didasari oleh kerangka kebutuhan, yang kemudian disebut dangan teori kebutuhan Maslow. Maslow mengajukan suatu teori kebutuhan yang berdasarkan kepada kirarki, dimana kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebuthan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.


 

Sumber :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow#Teori_Humanistik_dan_Aktualisasi_Diri
2. http://neng.nurhemah.sman2tangsel.sch.id/?p=49
3. www.praswck.com/teori-kebutuhan-abraham-maslow

Thursday, 21 November 2013

Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan filosofis yang memandang bahwa masing – masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami (Bruning etal, 2004). Asumsi utama dari konstruktivisme adalah manasuia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri (Geary, 1995)

Tujuan Teori Konstruktivisme
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri       pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara    lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
6. Pelajar aktif membina pengetahuan berdasarkan pengalaman
7. Pelajar dapat membina sendiri pengetahuan mereka.

Ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme
1.    Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui pengalaman langsung   
2.    Merangsang muculnya ide yang dihasilkan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3.    Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
4.    Guru berperan sebagai mediator atau fasilitator, dalam artian siswalah yang berperan aktif dalam membangun pengetahuannya
5.    Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
6.    Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
7.    Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
8.    Membangun keaktifan  murid melalui praktek-praktek

 Prinsip-prinsip Konstruktivisme :
1.    Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2.    Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.    Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.    Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.    Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6.    Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7.    Mencari dan menilai pendapat siswa.
8.    Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu, ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

Penelitian Para Ahli

1. Lev Vygotsky


Lev Vygotsky berbeda dengan konstruktivisme kognitif Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ni ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi. Ketika Socrates memajukan pemikiran dari level sophist oleh metode perkembangan sistematis yang ditemukan melalui gabungan antara pertanyaan dan alasan logika. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
  1. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
  2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
  3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
  4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah


2. Jean Piaget



Pada awalnya teori Piaget tidak banyak mendapat perhatian di awal kemunculannya, tetapi perlahan-lahan teori ini naik ke posisi atas dalam bidang ilmu perkembangan manusia, karena teori ini mencakup banyak tipe perkembangan dan kompleks.
  1. Skemata, adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Contoh, ketika seseorang melihat balon, maka terbangun lah skema tentang balon.
  2. Asimilasi, adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Contoh, seseorang mempunyai skema tentang balon, jika ia meniup balon atau mengisinya dengan air sampai memecahkan balon itu, ia akan tetap mempunyai skema tentang balon. Bahkan pengetahuan nya tentang balon itu diperluas.
  3. Akomodasi, adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi. Contoh, pecahan balon yang ia tiup atau diisi dengan air sampai pecah tidak dapat ia anggap sebagai balon yang utuh, melainkan hanya lembaran karet yang mempunyai bentuk yang tidak beraturan.
  4. Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya. Contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru.

Implikasi teori Konstruktivisme pada pembelajaran 


            Adapun implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran antara lain :
  1.  Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yang keras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
  2. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
  3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
  4. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
  5. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Kelebihan dan kelemahan teori konstruksivisme

a. Kelebihan
  1. Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
  2. Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
  3. Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
  4. Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks.
  5. Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
  6. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

b. Kelemahan :
  1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.
  2. Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
  3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.


Sumber :
3. Schunk, H Dale (2012). Learning Theories An Educational Perspective, Sixth Edition. Pearson Education, Inc.













Thursday, 14 November 2013

Teori Belajar Gestalt

A. Konsep Dasar Teori Belajar Gestalt

                 Teori Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Contohnya adalah sebuah piring yang jatuh dan pecah menjadi bagian-bagian kecil tidak akan dianggap berharga dan berguna, sebaliknya jika pecahan tersebut di persatukan kembali maka piring tersebut dapat berguna.


B. Sejarah Perkembangan Teori Belajar Gestalt

         Teori ini mulai berkembang di Jerman pada awal abad 20-an. Lahirnya teori ini merupakan suatu tanggapan yang menentang struturalisme dan menentang penggunaan metode intropeksi. Tokoh-tokoh teori gestalt :

1. Max Wertheimer (1880-1943) 



        Lahir di Prague tahun 1880. Max merupakan kekuatan intelektual penuntun diantara para pendiri psikologi Gestalt. Ia meneliti tentang pengamatan problem solving.  Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.

2. Kurt Koffka (1886-1941)

         Pada tahun 1910, bersama – sama dengan Wertheimer dan Kohler mereka bekerja sama mendirikan aliran psikologi Gestalt di Berlin. Ia menyumbangkan beberapa sajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teorinya yang terkenal adalah Memory Trace (jejak ingatan).
          
3.Wolfgang Kohler (1887-1967)

         Pria kelahiran 21 Januari 1887 ini mengadakan sebuah percobaan terhadap simpanse.  Percobaannya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Esensi dari percobaan tersebut adalah apabila organisme menghadapi suatu masalah atau problem maka akan terjadi ketidak seimbangan kognitif sampai masalah itu selesai.

C. Hukum Teori Gestalt
       Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas. Hukum Pragnaz Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :

1.  Hukum Pragnanz


              Hukum Pragnanz dipakai oleh gestaltis sebagai prinsip pedoman mereka dalam meneliti belajar persepsi dan memori. Kofka (1963 [1935]) mendeskipsikan hukum pragnanz sebagai “penataan psikologis selalu sebaik yang di izinkan oleh lingkungan pengontrolnya”. Ada kecenderungan untuk melihat sesuatu menjadi lebih sederhana, bermakna dan komplit agar pengalaman lebih dapat terorganisir. Individu akan merespon lingkungan lebih bermakna dari kondisi yang sebenarnya. Disini juga dikenal principle of closure (prinsip penutupan atau pengakhiran) yakni individu memiliki tendensi untuk melengkapi pengalaman yang tidak lengkap. Misalnya kita melihat titik titik yang disusun berdekatan sejajar membentuk sebuah garis lurus, maka kita cenderung akan mendeskripsikannya sebagai sebuah garis lurus. Untuk menemukan Pragnanz diperlukan adanya pemahaman atau insight.

2. Hukum Tambahan
  1. Hukum keterdekatan, prinsip yang menjelaskan bahwa bagian-bagian yang berdekatan cenderung dipersepsikan bersama dan akan menjadi satu kelompok dalam persepsi kita. Contoh : Dewi merupakan siswa pandai , maka akan muncul persepsi bahwa orang yang dekat dengan Dewi merupakan orang yang pandai juga.
  2. Hukum ketertutupan, prinsip yang menjelaskan bahwaadanya kecenderungan kita dalam mempersepsi untuk melengkapi bentuk yang tidak lengkap. 
  3. Hukum kontinuitas, prinsip yang menjelaskan bahwastimulus yang mempunyai kontinuitas antara satu dengan yang lain akan lebih diperhatikan menjadi kesatuan tersendiri.
  4. Hukum kesamaan, prinsip ini menjelaskan bahwa hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.

D. Implementasi Hukum Gestalt

Teori Belajar Gestalt berlaku untuk semua aspek pembelajaran manusia, meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan pemecahan masalah. Pekerjaan Gibson sangat dipengaruhi oleh teori Gestalt. Beberapa contoh dari teori gestalt dapat dilihat dari aplikasinya dalam pembelajaran.
Akhmad Sudrajat menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
  1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
  2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
  3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
  4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
  5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. 

   E. Kelebihan dan Kelemahan 

             Kelebihan :
             1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
             2. Dapat menumbuhkan motivasi dalam diri siswa
             3  Melihat proses perkembangan sebagai proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi              itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder.

             Kelemahan :
             1. Pemecahan masalah sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat                  situasi dengan tepat maka masalah “pencerahan” dan dapat memecahkanmasalah itu.              Dan apabila tidak bisa melihat situasi dengan tepat maka yang akan terjadi adalah                    ketidakmampuan memecahkan masalah.
             2. Bersifat holistik, molar, subyektif, kognitif , dan fenomenologis.
             3. Psikologi gestalt tergolong nativistik, ia menekankan kemampuan dalam menjelaskan .              masalah belajar dan persepsi.


    Sumber :

   1. http://nurhidayatibj.blogspot.com/2013/04/teori-gestalt.html
   2. http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/
   3. http://rahmatsuharjana.blogspot.com/2012/09/penjelasan-teori-gestalt_7271.html
   4. http://en.wikipedia.org/wiki/Max_Wertheimer
   5. http://id.wikipedia.org/wiki/Gestalt 

Wednesday, 6 November 2013

Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik merupakan teori yang mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku yang dialami peserta didik merupakan bentuk interaksi antara stimulus dan respon. Yang terpenting dari teori ini adalah masukan (input) berupa stimulus seperti segala sesuatu yang diberikan pendidik kepada peserta didik nya yang menghasilkan keluaran (output) berupa stimulus.
Ada fase pembelajaran menurut para ahli psikologi, yaitu :

  1. Tahap akuisisi, pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Contoh : Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara berhitung.
  2. Tahap retensi, setelah mendapatkan sejumlah informasi dan pengetahuan. Siswa mempraktekan hal yang ia pelajari. Contoh : setelah guru menjelaskan bagaimana cara berhitung, kemudian siswa di beri soal berhitung.
  3. Tahap transfer, pada tahap ini siswa mentrasfer atau menggunakan informasi yang sudah diberikan guru pada materi baru agar informasi tersebut bertahan lama.
1. Teori Koneksionisme
Menurut thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atua gerakan/tindakan. Thorndike mengemukakan 3 hukum dasar :
Terdapat teori yang termasuk dalam rumpun behaviorisme :
          a). Law of readiness
          b). Law of exercise
          c). Law of effect
2.  Teori Pengkondisian (Conditioning)
Teori pengkondisian merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori Koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov ( 1849-1936). Teori ini mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.
3. Teori Penguatan ( Reinforcement )
Jika pada teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangannya, maka pada teori penguatan         yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya.
4. Teori Operant Conditioning
Operant conditioning menekankan pembentukan perilaku sebagai dampak dari efek yang ditimbulkannya. Jika efek tersebut berdampak pada penguatan hubungan stimulus dan sespons-nya, maka perilaku tersebut akan cenderung diulang. Rumua pembentukan perilaku menurut Skinner adalah S –> R –>R (Reinf). S adalah Stimulus, R adalah Respon, R (Reinf) adalah Respon yang diperkuat.

Pengaplikasian Teori Behaviorisme

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung kepada tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Salah satu contoh nya adalah siswa yang belum bisa perkalian di ajarkan oleh gurunya bagaimana caranya perkalian, sebagai hasilnya siswa tersebut dapat menguasai perkalian.

Dampak Positif dan Negatif Teori Belajar Behaviorisme

Dalam penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran siswa pasti menghasilkan suatu dampak. Dampak tersebut berbentuk positif dan negatif. Dampak positif nya adalah jika ada seorang siswa yang pasif dalam lingkungan belajar peran seorang guru adalah memberikan motivasi dan penguatan diri terhadap peserta didik. Pembiasaan dan disiplin dalam teori ini juga menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin, hal ini menyebabkan siswa menjadi disiplin dalam belajar.
Dampak negatif yang ditimbulkan dalam penerapan teori ini adalah dikarenakan sifat teori ini yang  dalam proses pembelajaran  kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.